Saturday, January 9, 2010

Menggagas Pemerintahan Ideal Perspektif Islam

Judul Asli : Nidhamul Hukmi fil Islam
Penulis : Abdul Qadim Zallum
Penerbit : Al-Izzah
Tahun Terbit : 2002
Jumlah Halaman : xi + 335 Halaman

Di Negara Republik Indonesia, pergantian kepala negara akan terjadi lagi. Kursi wakil presiden pun diperebutkan. Kekuasaan sekali lagi akan dibagi-bagi. Sementara itu, sistem pemerintahan khususnya dan sistem kehidupan secara umum tetap sekularisme. Tidak berubah. Krisis pun belum pulih. Apakah pemerintahan baru dapat mengatasi krisis? Ataukah bakal lagi jatuh menjadi korban seperti pemerintahan sebelumnya? Waktulah yang akan membuktikan. Namun, pemerintahan ideal yang bagaimana yang dikehendaki Islam? Sejatinya jawabannya bisa didapatkan pada buku ini .Kehadiran buku ini setidaknya ingin mencoba menawarkan sebuah sistem pemerintahan alternatif perspektif Islam dalam upaya menciptakan Clean Government dan Good Governance.



Buku ini lahir ketika gelombang perang pemikiran Barat menghantam umat Islam. Pengaruh yang dapat diindera salah satunya adalah persepsi umat Islam telah terkontaminasi dengan pemahaman bahwa Islam adalah agama monastisisme (kependetaan) , Islam tidak mempunyai sistem yang layak untuk memecahkan berbagai problem kehidupan pada era sekarang, Islam juga tidak mempunyai sistem pemerintahan bagi sebuah negara (hlm. v).


Hal utama yang menjadi bahasan saat membincangkan pemerintahan adalah untuk apa suatu pemerintahan dibangun. Secara umum, tentu saja, tujuan dibentuknya pemerintahan adalah untuk menjaga suatu sistem ketertiban di mana masyarakat bisa menjalani kehidupannya secara wajar. Pemerintahan modern pada hakikatnya adalah pelayanan kepada masyarakat. Bukan untuk melayani diri sendiri.


Ringkasnya, tujuan dibentuknya pemerintahan untuk mengurusi berbagai urusan dan keperluan masyarakat. Sampai di sini tampak bahwa persoalan aturan apa atau aturan mana yang digunakan untuk mengurusi urusan masyarakat melalui pemerintahan itu merupakan perkara penting yang kalau keliru menetapkan hal ini berarti malapetaka.Seperti sama-sama dipahami, aturan itu haruslah ditetapkan oleh pihak yang mengetahui dan memahami persoalan. Misal, tidak mungkin seorang yang mengerti menerima dan mempercayai resep obat yang ditulis oleh seorang petani yang tidak tahu menahu tentang kesehatan, farmasi, apalagi dunia kedokteran. Resep itu semestinya dibuat oleh pihak yang tahu betul tentang penyakit dan obatnya. Begitu pula dalam persoalan lain.


Mengikuti pemikiran seperti itu, aturan yang ditegakkan untuk mengatur manusia haruslah berasal dari Dzat yang mengetahui betul seluk-beluk dan karakteristik manusia. Dia itu hanyalah Allah SWT. Sementara manusia itu lemah. Karenanya, aturan dan hukum untuk mengatur manusia yang berasal dari Allah SWT itulah yang akan dapat mengatur manusia secara harmonis.


Pemerintahan yang ideal baik secara i'tiqbdi maupun realitas adalah pemerintahan yang mengurusi urusan-urusan masyarakat dengan menegakkan aturan dan hukum Allah SWT yang dibawa oleh Rasulullah saw. Dengan kata lain, pemerintahan yang ideal adalah pemerintahan yang menegakkan dan memberlakukan seluruh hukum Islam. Abdul Qadim Zallum mengawali bukunya dengan melakukan komparasi dan kritik pemikiran secara adil terhadap sistem pemerintahan yang lain, seperti Monarkhi, Republik, Kekaisaran dan Federasi. Setelah itu ia paparkan secara sistemik pilar-pilar pemerintahan dalam Islam beserta perangkat yang menopang tegaknya pemerintahan.


Pada bab-bab yang lain dikemukakan penjelasan secara jernih mengenai kewajiban untuk mengaktualisasikan Islam secara global dan serempak. Salah satu titik tekan yang dikemukakan Zallum adalah perlunya didirikan sebuah partai politik Islam yang menyeru kepada Islam, melakukan amar ma’ruf nahi munkar serta mengoreksi para pejabat yang memegang tampuk kekuasaan pemerintahan terhadap semua tindakan dan tingkah laku yang mereka lakukan. Bahkan secara tegas Zallum menyatakan bahwa jaminan sesungguhnya kesempurnaan dalam penerapan Islam, adalah adanya partai politik Islam.


Pada cetakan ini penerbit telah melakukan takhrij hadist artinya bahwa hadist-hadist yang digunakan sebagai dalil dalam buku ini telah diyakini kesahihannya berdasarkan referensinya. Sejak dicetak pertama kali tahun 1953, buku ini telah mendapatkan sambutan luar biasa dari berbagai negara. Pembahasannya terasa utuh dalam satu kesatuan pemikiran, sistematis dalam satu rangkaian kerangka berpikir, terinci hingga ke relung-relung permasalahan serta aplikatif. Daya dobrak pemikiran buku ini telah menjawab kegamangan dan kebingungan umat Islam tentang gambaran konkret pemerintahan dalam Islam. Pembaca begitu mudah untuk segera mendapatkan gambaran utuh tentang konsep serta operasionalisasinya.


Maka layaklah buku ini dijadikan rujukan oleh setiap muslim, para aktivis dakwah, tokoh-tokoh politisi muslim dalam masyarakat yang mempunyai kepedulian mendalami hukum tata pemerintahan Islam.****

Selengkapnya...

QUANTUM REZEKI; Teknik Membuka Pintu Rezeki


Penulis : Tenas A. Samudra

Penerbit : Araska, Mei 2008

Harga : Rp. 25.900


Ada banyak pintu rezeki pemberia Allah Swt. Sekarangtinggal bagaimana kita berikhtiar membuka pintu rezekitersebut. Mungkin kemudian anda akan bertanya, mengapakadang pintu rezeki kadang susah dibuka? Nah, ini dia,jangan-jangan selama ini anda salah pintu. Andamengetuk pintu rezeki yang salah. Atau anda salahmemegang kunci. Atau anda tidak punya kunci samasekali.



Kini anda tidak perlu kawatir, semua kunci-kunci pinturezeki tersebut telah dipaparkan dengan gamblang dibuku ini, diambil dari Al-Qur'an dan Sunnah. Andatinggal mengambil dan mengamalkannya.


Selain mengurai sekian banyak kunci pintu rezeki yangmenjadi rahasia lapang rezeki, buku ini jugadilengkapi kisah-kisah nyata menarik dan inspiratiftentang bagaimana rezeki datang menghampiri seseorang,dan bagaimana pula orang tersebut menjemputnya, amalanzikir dan doa mendatangkan rezeki, panduan mencarirezeki halal, menjadi entrepreneur seperti Rasulullah,dll. Insya Allah dengan mengamalkan buku ini anda akanmendapatkan keluasan rezeki dari Allah Swt. Amin.Dapatkan bukunya di Gramedia, Gunung Agung, Toga Mas,Uranus, dll.

Selengkapnya...

Hidup Sejahtera dalam Naungan Islam


Penulis : Abdul Aziz al Badri

Penerbit : Gema Insani Press, Jakarta

Tebal : 69 halaman


Menganggap Islam tidak memberikan solusi bagi suatu masalah adalah hal yang lumrah di masa sekarang. Hasilnya, Islam tak lagi dipandang, aturannya tak lagi tersentuh, dan ummatnya tak lagi punya rasa percaya diri.Pemutarbalikan fakta inilah yang coba diungkap oleh buku ini, yang menjelaskan Islam dari sudut pandang yang khas dan sulit dijumpai pada penulis lain secara objektif.



Dalam buku ini, penulis berani menohok peradaban barat yang kental dengan liberalisme/kebebasannya, yang saat ini dijadikan dewa idaman oleh ummat, namun membuat hasil yang jauh dari harapan, kesenjangan social yang parah, kebebasan bersaing dan menciptakan berbagai kelompok yang selalu berupaya untuk mengausai segala sektor kehidupan alias monopoli.


Sebelumnya, jauh-jauh sebelum konsep kapitalis dan sosialis lahir, Islam telah menawarkan dan merealisasikan konsep sistem pemeliharaan dan pengaturan urusan rakyat, cara pemenuhan kebutuhan pokok, penanganan kemiskinan, kesejahteraan hidup dan lain sebagainya, yang tidak akan bertentangan dengan fitrah manusia.


Islam tidak muncul dari suatu kesengsaraan social yang bersifat nisbi dan kondisional, namun adalah sebuah aturan mulia yang bertolak dari pandangan dasar tentang manusia dan kehidupan (aqidah). Islam memandang bahwa manusia punya keterikatan dengan hukum dan tata aturan dari Allah Swt pencipta alam semesta.Bukti-bukti inilah yang coba diungkapkan oleh penulis. Sebuah solusi dan fakta yang pasti tidak akan mampu terbantahkan bahwa Islam-lah yang terbaik.

Selengkapnya...

Diskursus Islam Politik dan Spiritual


Penulis : Hafidz Abdurrahman
Penerbit : Al-Azhar Press, Bogor
Tahun Terbit : 2004
Tebal Buku : 303 halaman.

Islam kaffah. Itulah tuntutan Allah SWT kepada kita sebagai Muslim. Kita pun, sebagai Muslim, senantiasa berdoa memohon kebaikan dan kesuksesan hidup di dunia maupun di akhirat. Persoalannya sering kita tidak sadar dengan doa yang senantiasa kita panjatkan itu. Kita mengabaikan petunjuk-petunjuk Allah SWT agar sukses di dunia dan di akhirat. Tidak jarang di antar kita “ngoyo” mencari dunia, pergi subuh pulang malam, lupa sholat, lupa doa, lupa Allah SWT.



Seolah-olah dengan harta yang kita uber itu semua persoalan bisa kita selesaikan. Ada pula di antara kita yang “nongkrong” di masjid terus-menerus, tak pernah keluar mencari kehidupan, pasrah dengan perkembangan di luar yang mengarah kepada deislamisasi segala sisi kehidupan. Seolah-olah krisis ekonomi, kebobrokan birokrasi, korupsi dan kolusi yang merajelela, dekadensi moral, kriminalitas dan lain-lain akan terkikis habis dengan doa-doa dan istighosah yang mereka panjatkan.
Ada juga di antara kita yang rajin mengerjakan perintah sholat, puasa, dan ibadah ritual lainnya, namun dalam berbagai aspek kehidupan mereka membuat pemecahan problem dengan cara-cara dari luar Islam. Dalam politik, mereka pakai demokrasi, bahkan ada yang pakai premanisme. Dalam masalah ekonomi, mereka pakai cara kapitalis dan lintah darat.
Seolah tidak ada ruang bagi Allah SWT untuk mengatur kehidupan selain dzikir, tahlil, sholat, sholawat, dan sebagainya. Inilah berbagai ketidak-nyambungan antara doa “sapujagad” kita di atas dengan aktivitas alias usaha yang kita lakukan. Tidak seperti agama-agama lain yang umumnya hanya bicara masalah spiritualitas, Islam ternyata menjelaskan dan mengatur urusan keduniaan, baik secara global maupun secara rinci.
Seluruh urusan umat diatur oleh Islam dengan hukum syariahnya. Dengan melihat berbagai fenomena/fakta real diatas, lewat buku Diskursus Islam Politik dan Spiritual ini, penulis memberikan pandangan sekaligus jawaban terhadap fenomena/fakta tersebut. Dalam karyanya ini, beliau ungkap tentang ke maha luasan dari ajaran agama Islam dalam segala aspek kehidupan, politik, ekonomi, kehidupan sosial, permasalahan hukum (yudikatif) dan lain sebagainya.
Dengan kepiawaiannya, beliau mampu melihat seluruh aspek dalam ajaran Islam yang maha sempurna, seperti pandangan Islam agama politik dan spiritual (hal.21-24), hakikat manusia menurut Islam (hal. 41-43), hukum syara yang berkaitan dengan masalah manusia dengan Allah (hal. 194-199), Sistem ekonomi, politik, sosial ke-masyarakatan (an-nidham al-ijtima’i), serta pendidikan dalam Islam (hal. 200-211), hukum Islam di seputar masalah manusia dengan dirinya (hal. 213- 216).
Setelah secara gamblang menjelaskan seluruh aspek kehidupan dalam sudut pandang Islam, beliau juga menjelaskan secara sistematis metode (Islamic method) dalam pelaksanaan atau penerapan hukum-hukum yang ada dalam Islam. Seperti metode menerapkan hukum Islam (hal. 224-230), metode menjaga syari’at Islam:khilafah Islam (hal. 232-235), metode menjaga syari’at Islam: jaminan reformasi dan kontrol terhadap khilafah (hal. 240-242), metode mengemban Islam: dakwah, jihad di jalan Allah, partai politik Islam, adanya khilafah (hal. 245-255).
Namun, tidak hanya samapai disitu, beliau juga melengkapinya dangan sumber-sumber pemikiran Islam dan metode Islam (hal. 257-272). Oleh karena itu, mempelajari, memahami, dan berjuang mewujudkan kembali eksistensi Islam sebagai agama spiritual dan politik secara kaffah, merupakan tugas suci yang harus diemban setiap Muslim sampai akhir hayatnya. Melalaikan hal itu, apalagi menyesatkan masyarakat dengan mempropagandakan bahwa Islam itu tidak pernah membahas politik dan jangan dicampuri dengan politik, adalah suatu penyimpangan dan perbuatan dosa yang kelak akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT. Menerima sebagian Islam (masalah spiritualitas dan moralitas saja) dan menolak sebagian yang lain (politik, ekonomi, kehidupan sosial, pendidika, dan lain-lain), merupakan penyimpangan dari Islam.
Kehadiran buku ini sangatlah bernilai tinggi bagi (pengemban risalah Islam) yang selama ini bergerak untuk membangkitkan kembali umat yang sudah terlelap begitu lama dari tidur dan juga memberikan pencerahan (enlightment) kepada orang-orang yang selama ini menganggap dan bersikap sinis bahwa Islam hanyalah sebuah ajaran spiritualitas belaka.

Selengkapnya...

RARA MENDUT


Pengarang : Y.B. Mangunwijaya
Penerbit : GPUTebal : 802 halaman

Cetakan I : 2008 Harga : Rp. 95.000,-


Begitu buku ini muncul, kenangan akan tulisan Rama Mangun tentang Puntung-puntung Rara Mendut yang pernah kunikmati di masa SMP dulu seketika menggelegak. Tak membuang banyak waktu, segera kupesan Rara Mendut Sebuah Trilogi ini di sebuah toko buku online. Tak kusangka, beberapa hari kemudian aku dipaksa tercengang saat membuka paket yang kupesan. Ukuran dan tebalnya itu, plus ukuran hurufnya yang lumayan kecil sempat membuatku bertanya, bosan nggak ya, membacanya.






Ternyata, harus kuakui kemudian, tak akan pernah muncul kata bosan membaca salah satu master piece pastor yang telah berpulang pada Januari 2000 ini. Selain karena jalinan ceritanya yang mengasyikkan, pepatah dan syair-syair dalam tembang Jawa yang bertaburan di dalamnya, juga keahlian penulis dalam melontarkan joke-joke segar.Buku ini terdiri dari 3 bagian. Yang pertama berjudul Rara Mendut yang mengisahkan perjalanan hidup seorang gadis pantai dari pesisir Jawa tepatnya di wilayah kadipaten Pati yang terampas dari lingkungan yang membesarkannya. Perjalanan nasib sebagai budak rampasan membawanya sampai ke tangan Tumenggung Wiraguna, salah seorang panglima perang kerjaan Mataram.


Namun demi cintanya pada Pranacitra, perempuan trengginas ini mampu melibas jeruji nasib yang disorongkan kepadanya dan memilih takdirnya sendiri.Bagian kedua berjudul Genduk Duku, yang mengisahkan perjalanan sahabat Rara Mendut setelah nasib memisahkannya dengan sahabat sekaligus kakak yang sangat dicintai dan diidolakannya itu. Perempuan berdarah setengah Sumbawa yang ahli berkuda ini sesungguhnya ingin menghindari kontak dengan kerajaan setelah apa yang menimpa kakak angkatnya.


Namun toh nasib masih menyeretnya menjadi saksi atas intrik yang terjadi di dalam istana Mataram.Bagian ketiga mengisahkan petualangan anak Genduk Duku bernama Lusi Lindri yang menjadi salah satu anggota pasukan pengawal khusus Raja Mataram, Sunan Amangkurat I. Kedekatannya dengan keluarga kerajaan membawanya pula pada labirin rahasia serta intrik yang terjadi di kerajaan. Sebagaimana Rara Mendut dan Genduk Duku ibunya, Lusi Lindri akhirnya memilih memenangkan nuraninya, berjuang demi idealisme yang digenggam.


Membaca kisah ketiga ksatria wanita ini, sebagai seorang wanita, aku merasakan keberpihakan pengarang pada sosok perempuan. Apalagi setting cerita di masa kerajaan dimana perempuan diposisikan tak lain sebagai kanca wingking yang sendika dawuh, tak memiliki andil dalam pengambilan keputusan laki-laki. Namun sesungguhnya, dalam kehalusannya tutur dan lakunya itulah, wanita banyak meracuni logika lelaki hingga kadang salah langkah, terperosok ke jurang yang menghinakan kemanusiaannya sendiri.


Banyak hal yang kudapatkan dari menikmati buku ini. Tentang jiwa manusia, tentang agungnya budaya dan falsafah Jawa, serta tentang kebijaksanaan- kebijaksanaan hidup yang bisa kita pelajari dari kisah Babad Tanah Jawi masa lalu yang masih relevan di jaman sekarang.Mungkin buku ini akan lebih ciamik jika disisipi peta jaman kerajaan Mataram dulu, pembagian-pembagian wilayahnya, sehingga memudahkan pembaca untuk membayangkan perjalanan tokohnya melintas di tanah Jawa.Tanah Baru, 2/05/08 22.58


http://lembarkertas .multiply. com


Selengkapnya...

Thursday, January 7, 2010

Tahlil dan Kenduri; Tradisi Santri dan Kiai


Penulis : H.M. Madchan Anies
Penerbit : Pustaka Pesantren, Yogyakarta
Cetakan : I, Februari 2009
Tebal : xii + 180 halaman


Umat Islam di Indonesia khususnya warga NU (Nahdliyin) telah mentradisikan tahlil dalam berbagai hajatan, seperti yang biasa dilaksanakan 7 hari, 40 hari, 100 hari, atau 1000 hari dari kematian keluarga/tetangganya. Di kalangan pesantren, santri dan keluarga ndalem biasanya menyelenggarakan acara haul untuk melakukan “kiriman doa” kepada kiainya yang telah meninggal dunia. Tentang tahlil, sebagian masyarakat kita masih terkotak pada dua kelompok pro dan kontra. Ada yang menganggap bahwa tahlil merupakan tradisi baru, yang tidak pernah diajarkan oleh Nabi SAW, mereka menganggap tradisi tahlil sebagai bid’ah, sehingga tidak selayaknya sebagai seorang muslim untuk mengamalkannya. Sementara, di pihak lain (baca: kaum Nahdliyyin), meski sebagian dari mereka belum tahu persis landasan hukumnya, namun hal ini tidak mengurangi semangatnya untuk mengamalkan tahlil.



Tradisi tahlilan merupakan salah satu hasil akulturasi antara nilai-nilai masyarakat setempat dengan nilai-nilai Islam, di mana tradisi ini tumbuh subur di kalangan Nahdliyyin. Sementara ormas-ormas lainnya cenderung memusuhi bahkan berusaha mengikisnya habis-habisan. Seakan-akan tradisi tahlilan menjelma sebagai tanda pembeda apakah dia warga NU, Muhammadiyah, Persis, atau yang lainnya. Terjadinya polemik tentang tahlil tersebut, tentu bisa berdampak pada rusaknya ikatan kekeluargaan antar muslim, seperti saling menuduh dan menyesatkan kelompok lainnya, timbulnya rasa curiga yang berlebihan.

Memang, -harus dipahami- tahlil sampai saat ini masih menjadi masalah khilafiyah yang harus diterima dengan lapang dada. Ritual tahlil memang tidak dituntunkan oleh Rasulullah SAW, sehingga bukan merupakan bentuk ibadah mahdhah, bukan ibadah khusus. Ritual tahlil ini sekedar amalan baik yang memiliki keutamaan dan faedah. Bila faedah dari amalan tahlil ini dapat menghantarkan umat untuk tergerak menjalankan syariat-syariat yang wajib, bahkan lalu menjadi sarana utama dan pertama juga agar warga tergerak; maka tradisi tahlil tentu dapat menjadi sarana strategi dakwah umat Islam.

Tetapi, ada beberapa hal yang menjadi koreksi bagi penganut tradisi tahlil. Adalah mayoritas jamaah yang pro-tahlil ini hanya sedikit yang mengerti pijakan hukum tentang tradisi tahlil. Oleh karenanya, diharapkan dengan terbitnya buku ini dapat menambah referensi tentang tahlil. Sehingga dapat menambah keyakinan dan kemantapan hati dalam setiap mengamalkan tahlil. Karena, jika kita mengamalkan sesuatu yang disertai dengan pemahaman landasan hukum yang kuat dan benar tentu akan dapat membuat hati lebih mantap dan yakin.

Melalui buku ini, penulis mengupas secara gamblang terkait tahlil. Bagian awal, diberikan penjelasan beberapa istilah seputar tahlil, yakni zikir, selamatan, kenduri, dan berkat. Istilah tersebut dijelaskan secara detail mulai dari asal katanya hingga landasan hukumnya. Di bagian kedua, penulis memberikan wawasan kepada pembaca terkait dengan amal saleh, meliputi shalat, puasa, sedekah, berdoa, membaca al-Qur’an, bershalawat kepada Nabi, dan zikir. Untuk mengantarkan pembaca dalam rangka memahami tahlil dan seluk-beluknya, di bagian tiga diuraikan tentang hadiah pahala yang membahas bagaimana menerima pahala amal sendiri, menerima manfaat dari amal orang lain, memeroleh manfaat dari syafaat, menghadiahkan pahala amal, ahli kubur selalu menunggu “kiriman”, dan berziarah kubur dan manfaatnya.

Adapun kerangka atau rangkaian dasar bacaan tahlil dan urut-urutannya dapat dibaca pada bagian empat. Madchan Anies memaparkan ada sembilan bagian pokok dalam tahlil, yaitu 1) tentang hadrah dan al-Fatihah; 2) surat al-Ikhlas, al-Mu’awwidzatain, dan al-Fatihah; 3) tentang permulaan surat al-Baqarah; 4) tentang surat al-Baqarah 163 dan ayat kursi; 5) tentang ayat-ayat terakhir surat al-Baqarah; 6) tentang bacaan tarhim dan tabarruk dengan surat Hud 73 dan al-Ahzab 33; 7) tentang shalawat, hasbalah, dan hauqolah; 8) tentang bacaan istighfar, tahlil, dan tasbih; dan 9) tentang doa penutup tahlil. Penulis melengkapi pada bagian empat ini dengan menjabarkan keutamaan kalimat-kalimat suci tersebut dalam setiap bagian tahlil. Sementara di bagian akhir, penulis menambahkan hal-hal yang terkait dengan tahlil, meliputi kenduri (ambengan), membaca surat Yasin, Fidyah, dan Fida’ atau Ataqah.

Kiranya, buku ini perlu juga dibaca bagi pembaca yang “merasa” kontra terhadap tradisi tahlil. Setidaknya agar mereka membuktikan sendiri bahwa tradisi yang dipraktikkan oleh saudara mereka (baca: warga Nahdliyyin) juga memiliki pijakan dalil syar’i yang kuat. Walhasil, dengan memahami tahlil berikut landasannya, diharapkan akan tercipta sikap saling pengertian demi terwujudnya penguatan persaudaraan antar sesama. Semoga!

Selengkapnya...

DRAMA INDONESIA

Drama Indonesia Slideshow: Royun’s trip from Jakarta, Java, Indonesia to Bogor was created by TripAdvisor. See another Bogor slideshow. Take your travel photos and make a slideshow for free.