Saturday, January 9, 2010

RARA MENDUT


Pengarang : Y.B. Mangunwijaya
Penerbit : GPUTebal : 802 halaman

Cetakan I : 2008 Harga : Rp. 95.000,-


Begitu buku ini muncul, kenangan akan tulisan Rama Mangun tentang Puntung-puntung Rara Mendut yang pernah kunikmati di masa SMP dulu seketika menggelegak. Tak membuang banyak waktu, segera kupesan Rara Mendut Sebuah Trilogi ini di sebuah toko buku online. Tak kusangka, beberapa hari kemudian aku dipaksa tercengang saat membuka paket yang kupesan. Ukuran dan tebalnya itu, plus ukuran hurufnya yang lumayan kecil sempat membuatku bertanya, bosan nggak ya, membacanya.






Ternyata, harus kuakui kemudian, tak akan pernah muncul kata bosan membaca salah satu master piece pastor yang telah berpulang pada Januari 2000 ini. Selain karena jalinan ceritanya yang mengasyikkan, pepatah dan syair-syair dalam tembang Jawa yang bertaburan di dalamnya, juga keahlian penulis dalam melontarkan joke-joke segar.Buku ini terdiri dari 3 bagian. Yang pertama berjudul Rara Mendut yang mengisahkan perjalanan hidup seorang gadis pantai dari pesisir Jawa tepatnya di wilayah kadipaten Pati yang terampas dari lingkungan yang membesarkannya. Perjalanan nasib sebagai budak rampasan membawanya sampai ke tangan Tumenggung Wiraguna, salah seorang panglima perang kerjaan Mataram.


Namun demi cintanya pada Pranacitra, perempuan trengginas ini mampu melibas jeruji nasib yang disorongkan kepadanya dan memilih takdirnya sendiri.Bagian kedua berjudul Genduk Duku, yang mengisahkan perjalanan sahabat Rara Mendut setelah nasib memisahkannya dengan sahabat sekaligus kakak yang sangat dicintai dan diidolakannya itu. Perempuan berdarah setengah Sumbawa yang ahli berkuda ini sesungguhnya ingin menghindari kontak dengan kerajaan setelah apa yang menimpa kakak angkatnya.


Namun toh nasib masih menyeretnya menjadi saksi atas intrik yang terjadi di dalam istana Mataram.Bagian ketiga mengisahkan petualangan anak Genduk Duku bernama Lusi Lindri yang menjadi salah satu anggota pasukan pengawal khusus Raja Mataram, Sunan Amangkurat I. Kedekatannya dengan keluarga kerajaan membawanya pula pada labirin rahasia serta intrik yang terjadi di kerajaan. Sebagaimana Rara Mendut dan Genduk Duku ibunya, Lusi Lindri akhirnya memilih memenangkan nuraninya, berjuang demi idealisme yang digenggam.


Membaca kisah ketiga ksatria wanita ini, sebagai seorang wanita, aku merasakan keberpihakan pengarang pada sosok perempuan. Apalagi setting cerita di masa kerajaan dimana perempuan diposisikan tak lain sebagai kanca wingking yang sendika dawuh, tak memiliki andil dalam pengambilan keputusan laki-laki. Namun sesungguhnya, dalam kehalusannya tutur dan lakunya itulah, wanita banyak meracuni logika lelaki hingga kadang salah langkah, terperosok ke jurang yang menghinakan kemanusiaannya sendiri.


Banyak hal yang kudapatkan dari menikmati buku ini. Tentang jiwa manusia, tentang agungnya budaya dan falsafah Jawa, serta tentang kebijaksanaan- kebijaksanaan hidup yang bisa kita pelajari dari kisah Babad Tanah Jawi masa lalu yang masih relevan di jaman sekarang.Mungkin buku ini akan lebih ciamik jika disisipi peta jaman kerajaan Mataram dulu, pembagian-pembagian wilayahnya, sehingga memudahkan pembaca untuk membayangkan perjalanan tokohnya melintas di tanah Jawa.Tanah Baru, 2/05/08 22.58


http://lembarkertas .multiply. com


No comments:

Post a Comment

DRAMA INDONESIA

Drama Indonesia Slideshow: Royun’s trip from Jakarta, Java, Indonesia to Bogor was created by TripAdvisor. See another Bogor slideshow. Take your travel photos and make a slideshow for free.