Tuesday, July 12, 2011

Orang Miskin dilarang Sekolah


Judul : Orang Miskin dilarang Sekolah
Penulis : Wiwia Prasetyo
Penerbit : Diva Press


Pendidikan kita memang kacau-balau. Pemegang kebijakan tampaknya tuli dengan kritik dan cercaan yang ditujukan padanya. Padahal kita tahu pendidikan adalah cermin peradaban dan kualitas bangsa.

Kini wajah pendidikan semakin dicemari oleh mahalnya biaya dan kekerasan yang terjadi di dalamnya. Para korban, lagi-lagi adalah orang miskin yang menjadi mayoritas penduduk negeri ini. Kepercayaan atas pendidikan kian luntur, apalagi jaminan masa depannya juga kabur.

Untuk itulah buku ini ditulis. Ia meneriakkan kembali suara protes; mengingatkan bahwa pendidikan yang bobrok menghasilkan lulusan yang lemah atau bahkan brengsek. Dilengkapi data yang mencengangkan dan kartun yang lucu, buku ini mengajak kita tertawa sekaligus kritis akan dunia pendidikan. Inilah bacaan tepat bagi mereka yang menjadi korban maupun pelaku pendidikan.

”Sungguh mengerikan dan bahkan melukai hati saat membaca novel ini. Jika kita masih punya nurani, kita akan merasa dihajar habis-habisan oleh novel ini. Bagaimana tidak?! Bukankah tak pernah ada orang yang bermimpi lahir jadi miskin, kere, tak punya apa-apa, tapi gara-gara itu semua mereka tak diberi hak untuk pintar, cerdas, kreatif, dan inovatif?! Mereka dilarang memasuki dunia sekolah, fasilitas bermain yang menggoda, hingga mereka hanya bisa memagut dagu dari balik pagar tinggi nan angkuh dengan mata kecil yang penuh rayu dan pilu. Ya Tuhan, mimpi itu amat jauh dari jangkauan tangan mungil mereka, (tepatnya) dibuat jauh oleh dzalimnya 'penilaian harga manusia' atas dasar kaya-miskin.

3 comments:

  1. ”Novel ini menggetarkan hati...gugatan atas sistematisasi kemiskinan dinegeri ini, dari sudut pandang sang bocah yang tak pernah mengerti mengapa ia tidak boleh sekolah!”
    Taufiqurrahman al-Azizy, novelis muslim kontemporer.

    ReplyDelete
  2. Bagaimana rasanya diasingkan gara-gara anda miskin? Bagaimana pilunya hati anda dilarang bermain, bersantai, menikmati hidup hanya karena anda tak punya uang? Bagaimana rasanya bila anda (terpaksa) hanya kuasa berdiri di balik pagar tinggi, memegangnya, dengan (hanya) tatapan mata menembus ragam keindahan fasilitas hidup dibalik sana, lantaran anda miskin ?

    ReplyDelete
  3. Dari balik mata bening tak berdosanya, bocah itu tak kunjung mengerti mengapa ia dilarang sekolah, bermain, bersahabat, dan bergembira ria seperti bocah-bocah sebayanya di kejauhan sana. Sepasang matanya hanya mampu berkedip murni, bibirnya berkecap-kecap penuh goda, tangannya mencengkeram pagar tinggi...

    ReplyDelete

DRAMA INDONESIA

Drama Indonesia Slideshow: Royun’s trip from Jakarta, Java, Indonesia to Bogor was created by TripAdvisor. See another Bogor slideshow. Take your travel photos and make a slideshow for free.