Sunday, January 10, 2010

MEMBONGKAR JAMAAH ISLAMIAH

Penulis: Nasir Abas

Keberadaan Jamaah Islamiyah (JI) yang mengundang kontroversi sejak awal disebutkannya nama ini, mendapat ketegasan dari Nasir Abas. Ia adalah salah seorang mantan petinggi JI yang membukukan pengakuannya setebal 332 halaman.Menurut Nasir Abas, JI dibentuk pada Januari 1993, dan merupakan percahan dari jamaah Darul Islam (DI) atau dikenal dengan nama NII (Negara Islam Indonesia). Khususnya setelah terjadi perpecahan antara Abdullah Sungkar (Ust. Abdul Halim) dan Abu Bakar Ba’asyir (Ust. Abdus Somad) pada satu sisi dengan Ajengan Masduki pada sisi lain. (hal. 85 dan 92).Pengakuan Nasir Abas sesungguhnya bukan merupakan pengakuan yang pertama yang pernah disampaikan para mantan anggota JI. Sekitar September 2003, lima anggota JI pernah mengungkapkan keberadaan JI, di hadapan Amidhan (MUI), Idrus Marham (KNPI) dan Naufal mewakili Front Hizbullah.Sedikit berbeda dengan Nasir Abas, kelima mantan anggota JI ini menyebutkan bahwa JI dirintis sejak tahun 1992 di Malaysia, yang dirintis Abdullah Sungkar dan Abu Bakar Ba’asyir dengan cikal bakal basis gerakan Darul Islam atau NII (Negara Islam Indonesia).
Mereka juga mengaku terlibat di dalam konflik Maluku, Ambon, dan Poso.Pasca wafatnya Abdullah Sungkar, menurut kelima mantan anggota JI tersebut, terjadi perpecahan dalam tubuh Jama’ah Islamiyah. Faksi pertama adalah Faksi Ideologis (tetap dalam garis khittah PUPJI: Pedoman Umum Perjuangan Jama’ah Islamiyah berformat Dakwah dan Jihad) dengan struktur gerakan bersifat klandestein di bawah kepemimpinan Abu Rushdan, terhitung sejak Abu Bakar Ba’asyir menjadi Amir MMI tahun 2000. Faksi kedua, Faksi Moderat dengan struktur organisasi legal dan terbuka, tidak berafiliasi kepada partai, memperjuangkan tegaknya syari’at melalui pemilu. Format gerakan mereka MMI (Majelis Mujahidin Indonesia) berbasis anggota heterogen (bervariasi dan tidak melulu mantan mujahidin Afghan, Moro, Ambon dan Poso) dipimpin Abu Bakar Ba’asyir. Faksi ketiga adalah JI faksi liar, radikal dan ekstrem yang terlibat dalam aksi kekerasan bom Kedubes Filipina, Natal 2000, Legian Bali dan Marriott Jakarta di bawah komando Hambali dan Zulkarnaen.

Menurut Nasir Abas, pada 1993 terdapat dua Mantiqi di lingkungan JI. Pertama Mantiqi Ula (I) dipimpin Hambali, meliputi Malaysia (termasuk Sabah) dan Singapura. Kedua, Mantiqi Tsani (II), dipimpin Abu Fateh, meliputi Indonesia (Kalimantan dan Sulawesi).Tahun 1997, terjadi perubahan lagi. Mantiqi Ula (I) dipimpin Hambali, meliputi Malaysia Barat (Semenanjung) dan Singapura. Mantiqi Tsani, dipimpin Abu Fateh, meliputi Indonesia (Jawa, Sumatera, Bali, NTB dan NTT). Mantiqi Tsalis (III) dipimpin Mustapha, meliputi Sabah (Malaysia), Kalimantan Timur (Indonesia), Palu Sulawesi Tengah (Indonesia), Mindanao Filipina Selatan (termasuk Kamp Latihan Hudaybiyah).Pada April 2001 terjadi perubahan kepemimpinan. Hambili digantikan Mukhlas (Mantiqi Ula). Abu Fateh digantikan Nuaim (Mantiqi Tsani), Mustapha digantikan Nasir Abas (Mantiqi Tsalis). Sedangkan Mantiqi Ukhro tetap dipimpin Abdurrahim. (hal. 120).

Pada buku ini Nasir Abas juga mengulas kebohongan Imam Samudra (hal. 183) yang pernah membukukan pengalamannya melalui buku berjudul Aku Melawan Teroris. Misalnya soal Khowst yang oleh Imam Samudera disebut sebagai nama tempat yang didatanginya, padahal menurut Nasir Abas, Khowst adalah nama ssebuah kota yang pada tahun 1990 masih dikuasai pemerintah komunis Afghanistan.Nasir Abas juga menilai, Imam Samudera yang terlibat kasus Bom Bali pertama, adalah perbuatan yang keliru. “Meski niatnya benar untuk mati syahid, namun karena cara pelaksanaannya salah, maka tetap salah…” (hal. 263).Berkenaan dengan keluarnya Nasir Abas dari JI, dijelaskan, “Keluarnya saya dari Al-Jamaah Al-Islamiyah bertujuan ingin menyelamatkan umat Islam, sebatas kemampuan saya, agar tidak terpengaruh dengan faham yang keliru, dan agar umat Islam khususnya dan umat manusia umumnya tidak menjadi sasaran pemboman dan penyerangan yang dilakukan tanpa alasan syar’i dan manusiawi.” (hal. 312).Pada halaman 315, Nasir Abas mengatakan, “Perjuangan anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah yang keliuru dalam pemahaman Jihad itu bukan lagi untuk menghilangkan ‘fitnah’, tetapi perjuangan mereka adalah mendatangkan ‘fitnah’, dan perjuangan mereka menimbulkan ‘fitnah’ kepada umat Islam…”“Saya menghimbau dan menyerukan kepada semua teman-teman dan semua orang-orang yang masih mempunyai niat untuk melakukan aksi pemboman dengan sasaran apapun dan siapapun, agar dihentikan dan segera bertaubat kepada Allah SWT.” (hal. 317).

Sebagai media yang ditujukan untuk membendung aksi terorisme khususnya yang dikaitkan dengan JI, buku ini seharusnya cukup efektif. Oleh karena itu buku sejenis ini seharusnya mudah ditemui di berbagai toko buku, sehingga semakin banyak angota masyarakat yang membacanya. Apalagi bila buku ini diteritkan pula dalam bentuk e-book, sehingga bisa diakses oleh siapa saja di seluruh pelosok dunia.

No comments:

Post a Comment

DRAMA INDONESIA

Drama Indonesia Slideshow: Royun’s trip from Jakarta, Java, Indonesia to Bogor was created by TripAdvisor. See another Bogor slideshow. Take your travel photos and make a slideshow for free.