Judul : Tafsir Sosiolinguistik
Penulis : M. Faisol Fatawi
Penerbit : UIN Press
Cetakan : I Juni 2009
Tebal : 170 halaman
Peresensi : M. Kamil Ramma Oensyar*
Salah satu tradisi ilmu pengetahuan yang tidak dapat dipisahkan dari Al-Qur’an adalah tafsir.
Tafsir merupakan tradisi keilmuan yang telah dirintis oleh generasi muslim awal untuk memahami dan menjelaskan makna-makna yang terkandung dalam Al-Qur’an. Dalam khazanah pengetahuan Islam, tafsir Al-Qur’an tidaklah seragam. Ada berbagai macam bentuk tafsir diantaranya tafsir bil ma’tsur dan tafsir bir ra’y. Munculnya ragam tafsir tersebut mengantarkan kita pada sebuah kenyataan akan adanya multi pemahaman terhadap ayat-ayat Al-Qu’ran.
Bagi umat Islam kegiatan interpretasi terhadap Al-Qur’an adalah menjadi tugas yang tak kenal henti. Karena, ia merupakan usaha untuk memahami pesan ilahi. Namun demikian, sehebat apapun manusia, ia hanya bisa sampai pada derajat pemahaman yang relatif, dan kebenarannya pun tidak dapat mencapai derajat absolut. Tegas M. Nur Kholis Setiawan dalam bukunya “Al-Qur’an Kitab Sastra Terbesar”. Wahyu Tuhan dipahami secara variatif dari satu waktu ke waktu yang lain. Ini berarti kegiatan menafsirkan wahyu Tuhan (exegesis) telah menjadi disiplin keilmuan yang selalu hidup seiring dengan perkembangan teori pengetahuan para pengimannya.
Kemudian, bila disadari bahwa hasil pemahaman seseorang dipengaruhi bukan saja oleh tingkat kecerdasannya, tetapi juga oleh disiplin ilmu yang ditekuninya, oleh pengalaman, penemuan-penemuan ilmiah, oleh kondisi sosial, politik, dan sebagainya, maka tentunya hasil pemikiran seseorang akan berbeda satu dengan lainnya. Oleh karena itu, tafsir sebagai hasil ijtihad pikiran manusia tidak dapat mengklaim dirinya sebagai yang paling benar. Setiap penafsiran memiliki keterbatasannya masing-masing. Sebagaimana Abu Darda pernah menyatakan engkau tidak dapat paham betul, sampai engkau dapat melihat berbagai wajah Al-Qu’ran.
Buku yang berjudul “Tafsir Sosiolingiustik” ini mengajak kita untuk menyelami kandungan Al-Qu’ran dengan perspektif sosiolinguistik untuk memahami huruf muqatha’ah dalam al-Qu’ran. Tidak banyak buku yang menyelami kandungan Al-Qu’ran dengan perspektif sosiolinguistik seperti buku buah karya M. Faisol Fatawi ini. Kerangka filosofis dalam berfikirnya dapat menggugah hati nurani yang sulit ditemukan pada buku-buku lain.
Huruf muqatha’ah merupakan bahasa Al-Qu’ran sebagai fakta kebahasaan telah menjadikan bahasa Arab sebagai sarana komunikasi untuk menyampaikan pesan ilahi melalui seorang nabi kepada umatnya. Secara strukur bahasa, huruf muqatha’ah telah menunjukkan kepada dirinya sendiri akan sauna huruf yang membentuknya. Kata dalam bahasa Arab biasanya disusun dari minimal satu huruf hingga lima huruf. Begitu juga huruf muqatha’ah ada yang terdiri dari satu huruf seperti qof, nun, dan shad. Ada yang dua huruf seperti hamim (dari huruf ha dan mim), thaha (dari huruf tha dan ha) dan yasin ( dari huruf ya dan sin). Ada yang tiga huruf seperti alif lam mim, alif lam ro dan lain-lainnya.
Sosiolinguistik adalah salah satu disiplin ilmu yang terdapat dalam kajian linguistik. Ilmu ini memfokuskan kajiannya pada keterkaitannya antara bahasa dengan kondisi sosial yang melingkupinya; mempelajari budaya melalui bahasa dan mempelajari bahasa melalui budaya. Ada keterkaitan yang erat antara praktik berbahasa dengan budaya, dan sebaliknya ada keterkaitan antara praktik budaya dengan praktik berbahasa.
Sebagai genre bahasa yang unik, huruf muqatha’ah yang dipakai dalam Al-Qu’ran dalam konteks penolakan orang-orang Arab yang tidak mau menerima ajaran yang diwahyukan oleh Allah kepada Nabi Muhammad SAW. Sudah maklum, bahwa masyarakat Arab pra Islam adalah orang-orang yang ahli di bidang bahasa. Mereka menggunakan bahasa Arab dengan penuh kefasihan dan kejelasan. Mereka adalah para ahli seni bertutur dan berucap (bulaghâ’ wa Ahl al-bayân). Keahlian masyarakat Arab pra Islam dalam hal bahasa tidak dapat ditandingi oleh masyarakat manapun pada zamannya.
Karena itu masyarakat Arab mengklaim bahwa Al-Qur’an bukan merupakan firman Allah, maka tidak mengherankan jika tantangan pertama yang dilontarkan oleh Al-Qur’an kepada mereka yang ragu, adalah menyusun kalimat semacam Al-Qur’an sebagaimana disebutkan “Katakanlah: Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Qur’an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan Dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain" (QS. Al-Isra’: 88). Oleh karena itu dalam konteks komunikasi yang khas. Kekhasan komunikasi seperti ini tidak dapat dilepaskan dari konteks sosial budaya dan agama masyarakat Arab.
Aisyah Abdurrahman binti syathi dalam sebuah kajian tafsirnya mengenai huruf muqatha’ah menyimpulkan, pertama bahwa huruf muqatha’ah yang terdapat dalam beberapa surat di dalam Al-Qur’an diturunkan berkaitan dengan terjadinya perdebatan sengit mengenai keberadaan Al-Qur’an, kedua seluruh surat diawali dengan huruf muqatha’ah menyinggung masalah kehujjahan Al-Qur’an, ketiga bahwa mayoritas surat yang diturunkan pada saat orang-orang musyrik sedang genjar-gencarnya menyerang dan mengklaim Al-Qur’an sebagai kalam yang penuh dengan kebohongan, omongan tukang dukun, penyair sihir dan sebagainya. (h.126)
Melalui buku ini kita akan memahami bahwa huruf muqatha’ah telah dipakai oleh Al-Qu’ran sebagai komunikasi yang efektif dalam rangka mengubah cara berpikir masyarakat Arab yang tribal-paganistik, supaya mereka mau menerima ajaran yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW sebagaimana yang telah diwahyukan oleh Allah SWT.
* Peresensi adalah Staf Pengajar PKPBA UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Pengurus Lakpesdam NU Cabang Kota Malang
Sunday, January 10, 2010
Tafsir Sosiolinguistik
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
DRAMA INDONESIA
Drama Indonesia Slideshow: Royun’s trip from Jakarta, Java, Indonesia to Bogor was created by TripAdvisor. See another Bogor slideshow. Take your travel photos and make a slideshow for free.
No comments:
Post a Comment